Data Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (DPKB-PPPA) mencatat sedikitnya 38 kasus kenakalan anak sejak Januari hingga September 2025, atau naik seratus persen dibandingkan tahun 2024 yang hanya 17 kasus. Ini baru data yang dilaporkan, kenungkinan besar kasus yang tidak dilaporkan bisa jadi lebih banyak.
Kasus-kasus banyak yang terjadi pada usia anak di Pacitan saat ini kekerasan seksual, pelecehan dari anak-anak memang dampak dari pemakaian hp yang tidak terkontrol.
“Kita nggak bisa nyalahin hand phone. Kenapa anak ini memilih akses seperti itu karena anak ini tidak mempunyai kemampuan memahani kondisi tubuhnya, kasus yang saya tangani usia remaja awal kemungkinan kebingungan memperlakukan tubuhnya ketika dia mengakses hp yang didapat justru untuk usia dewasa akhirnya pacaran berlebihan atau bersentuh fisik,”ungkapnya.
Trauma perceraian yang dialami anak itu biasanya pengasuhan orang tua yang di dasari dengan rasa amarah jadi misal ortu egois perceraiannya tidak baik-baik saja dalam artian saling menjelekan satu sama lain sehingga anak bingung yang mau dipilih siapa diantara kedua orang tuanya.
Anak kecanduan hp itu awalnya menjadikan hp sebagai pelarian karena perhatian orang tua yang berkurang.
“Yang datang ke saya, kasus-kasus dominan yaitu hp efeknya, kesana,”tutupnya.
Reporter: Asri