Terbanyak korban melakukan bunuh diri dengan cara gantung diri.Melihat kondisi tersebut sudah sangat dibutuhkan gerakan cegah bunuh diri di Kabuipaten Pacitan.
Dari tahun ke tahun, kejadian bunuh diri selalu menyumbangkan angka kejadian non kriminalitas terbanyak di Kabupaten Pacitan yang dicatat kepolisian.
Belum genap setahun saja sudah ada tiga belas kasus bunuh diri. Tahun ini, rata-rata korban bunuh diri berada di wilayah kecamatan.
Bulan Mei dan Agustus menjadi bulan terbanyak kejadian bunuh diri mencapai 3 kasus kejadian.
Berdasar data Polres Pacitan, jumlah kasus bunuh diri setiap tahunnya lebih dari 10 kejadian. Sepanjang 2024, tercatat ada 20 kasus bunuh diri, Sedangkan tahun ini hingga Oktober sudah ada 12 kasus.
Belum genap setahun sudah ada 12 kasus bunuh diri merupakan angka cukup besar dan sangat miris.
"Rata-rata alasan bunuh diri karena sakit-sakitan dan impitan ekonomi,” kata Kapolres Pacitan AKBP Ayub Diponegoro Azhar melalui Kasi Humas Polres Pacitan, Aiptu Thomas Alim Suheny, saat dikonfirmasi grindulufm, Selasa (21/10/2025).
Rata-rata, korban bunuh diri kalangan usia lanjut, sekitar 50 tahun ke atas. Juga dari kalangan warga miskin yang didominasi lelaki. Kemungkinan memang tekanan depresi sangat menumpuk. Sehingga nekat bunuh diri.
Ni Made Diyah Rinawardani, S.Psi., M.Psi., Psikolog Klinis di Kabupaten Pacitan mengatakan, bunuh diri terjadi karena korban sudah menumpuk masalahnya sedari kecil hingga tua. Dan enggan bercerita dengan orang di dekatnya. Seseorang berani bunuh diri bukan karena masalah yang baru saja dialaminya, sebaliknya masalah itu sudah ada sejak kecil.
Akibat dari tingkat depresi yang sudah sangat parah membuat mereka ini memilih jalan pintas mengakhiri hidupnya dengan cara sia-sia.
’’Bunuh diri itu tingkat depresinya sudah sangat parah,” ujar Ni Made.
Ni Made mengakui kerap melayani klien dari kalangan pelajar yang masih duduk di bangku SD hingga SMA. Ada banyak kasus dialami anak-anak depresi dengan berbagai alasan. Ada yang takut berangkat ke sekolah karena takut guru. Atau takut bertemu dengan temannya atau karena masalah keluarga, tidak sedikit pula remaja yang menyakiti diri sendiri (self harm).
“Karena itu, orang tua harus paham pola asuh agar anak mampu terarah dan tidak depresi,”ujarnya.
Menurut WHO, bunuh diri merupakan masalah kesehatan mental dan penyebab kematian keempat pada kelompok usia 15-29 tahun di seluruh dunia.
Masalah-masalah kesehatan mental yang tak terselesaikan akan meningkatkan risiko bunuh diri pada kaum muda, termasuk usia produktip.
“Sementara bantuan juga tak selalu ada. Entah karena sumber bantuan memang tidak tersedia, mereka tidak mencari bantuan karena tidak menyadari adanya masalah, atau tidak tahu cara mengakses bantuan,”pungkasnya.
Reporter:Asri