Kondisi itu bukan sekedar dongeng, akan tetapi fakta yang terjadi dilingkup sekolah yang ada di pacitan saat ini. Fenomena bullying jika di biarkan saja bisa menyerupai penyakit menular yang cepat dan dapat menimbulkan banyak korban pula.
“Kalau pastinya saya tidak ingat, tapi kalau tahun 2023 ini sudah ada sekitar 20 an anak yang sudah datang ke saya, rata rata mereka usia SMP dan SMA dengan gangguan karena bully.”ungkapnya.
Ada banyak faktor penyebab bullying pada anak, selain kurangnya kontrol orang tua karena rata rata pembully biasanya bermasalah juga dengan keluarga.
“Kurang perhatian dan korbannya juga pola asuh yang biasanya melemahkan si anak manja, selalu dicukupi orang tuanya dan anak tidak punya kemampuan yang lebih, misal IQ rendah dan tidak punya ketrampilan atau kecakapan yang lain jadi tidak punya sesuatu yang bisa ditonjolkan ke teman sebayanya.”ujarnya.
Ditegaskan Ni Made yang saat ini bertugas sebagai psikolog Rumah Sakit Umum Daerah dr. Darsono Pacitan, yang disebut Bully itu jika dilakukan berulang ulang dan salah satu merasa tersakiti itu kategorinya. Kalau diejek tidak merasa sakit hati itu tidak bisa di bilang bullying.
“Bullying yang pernah terjadi yang saya tangani selama ini, ada yang sampek kekerasan fisik dan ada Cuma kata kata. Bisa ukuran badan, fisik dan status sosial.”tegasnya.
Menurut Ni Made, sebagai orang tua jangan sampai dikontrol oleh anak, tapi sebagai orangtua yang wajib mengontrol anak anak.Karena pada dasarnya anak akan memilih pola asuh yang membuat dia senang dan nyaman padahal yang nyaman membuat mereka belum tentu yang baik dan buat mereka, misal anak tidak mau bergaul pilih dirumah itu memang anak nyaman tapi itu tidak baik, jadi orang tua harus tetap mendorong anak untuk mau bersosialisasi dan memiliki teman sebaya. Orang tua itu perlu melihat perubahan rutinitas dan kebiasaan anak anak mereka. Karena itu bisa jadi indikator adanya masalah yang anak hadapi. Orang tua juga bisa membangun komunikasi yang sehat di rumah itu sangat penting.
“Ajak diskusi bersama cara yang lebih adaptif mengekpresikan emosi mereka tanpa harus merugikan diri sendiri ataupun lingkungan sekitarnya.Jangan sampai ada contoh penyelesaian dengan kekerasan karena akan ditiru anak anaknya.”terangnya.
Terjadinya fenomena bullying dilingkungan sekolah yang ada di pacitan juga di benarkan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan Budiyanto. Memang ada laporan masuk ke mejanya terkait bullying di dunia pendidikan dasar dan menengah pertama, jumlahnya lebih dari satu.
“Jadi memang ya lebih dari satu, kemaren terjadi di kota tidak perlu saya sebutkan sekolahnya tapi sampai ke orangtua, ya ini tugas orangtua juga terus mendampingi siswa didiknya, karena utamanya kemaren yang sering terjadi di kelas satu, pas awal sehingga kemampuan adaptasi sianak itukan juga perlu waktu, terus kemudian karena kemampuan pondasi anak itukan juga terkait bagaimana komunikasi dengan temen sebaya, kemudian menyesuaikan kondisi lingkungan disekolah kan itu. itu yang terus kita dorong. Jangan sampai anak tidak mau sekolah. Kita terus berupaya bagaimana menciptakan iklim pembelajaran yang sekondusif mungkin, yang menyenangkan.”terang budiyanto.
Rata rata bullying itu antar teman. Saat ini Dinas Pendidikan hanya bisa menghimbau satuan pendidikan untuk memberikan pendampingan bagi siswa didiknya supaya jangan sampai terjadi bullying.
“Ya kemaren sempat terjadi, yang rawan terjadinya bullying itu kelas satu kemudian yang kelas kelas atas juga tapi antar sesama anak. itu saling olok olok. Ada juga perundungan karena orang tuanya tidak mampu. Saya sangat mengimbau kepada Kepala Sekolah dan guru untuk memberikan pendampingan. Kita ciptakan ekosistem di sekolah agar kondusif.”kata Budiyanto.
Bullying itu menurut Budiyanto termasuk tiga dosa besar selain intoleransi kemudian perundungan.Ini menjadi atensi pendidikan. Adanya kebijakan merdeka belajar sebenarnya anak anak bisa mengeksplor kemampuannya melalui instrument pendidikan yang ada.
“Setiap kali ada pertemuan tetep kita memberikan pesen pada pendidik kepala sekolah untuk mencegah hal hal ini terjadi di lingkungan satuan pendidikan.”tutupnya.
Reporter/Penulis:Asri