Gardu Bidik Mirip Beteng Pertahanan Peninggalan Belanda Banyak Di Temukan Di Sepanjang Pesisir Pantai Dalam Kondisi Memprihatinkan

Posted by Radio Grindulu FM Pacitan 104,6 MHz on Selasa, Agustus 17, 2021

Grindulu FM, Pacitan - Situs bersejarah berbentuk beteng yang konon dijadikan tempat pertahanan pada jaman penjajahan belanda dan penjajahan jepang masih bisa dilihat di sepanjang jalur pesisir pantai. Beteng yang dibangun dari batu kokoh jaman belanda tersebut terletak di sepanjang jalur pantai Pacitan. Jika disusur, beteng ditemukan dari loh denok Dadapan hingga pancer door. Namun sayangnya situs sejarah itu kondisinya memprihatinkan. Bangunan mulai miring, tampak terbengkalai begitu saja, bahkan ada juga yang di jadikan tempat pembuangan sampah oleh warga sekitar.
Salah satu beteng itu ada yang letaknya di tengah hutan Kelurahan Ploso, lima ratus meter dari bibir pantai. Lalu ada lagi ditemukan di tengah-tengah permukiman warga di Perumnas Barean Sidoharjo, hingga sepanjang jalur pantai tamperan ke arah Lodenok Dadapan. 
Imam Hidayat warga perumnas barean membenarkan jika beteng yang berdiri kokoh 100 meter dari rumahnya itu merupakan bangunan peninggalan jaman Belanda. Lalu Imam juga menunjukan beteng beteng lainnya yang masih bisa di temukan sepanjang pesisir pantai dengan bentuk bangunan yang berbeda dan unik. 

Jika diamati antara beteng satu dengan lainnya memang bentuknya berbeda. “Begini ya di pacitan itu saya lihat sejak saya ekcil itu ada banyak beteng beteng yang tersebar di sepanjang pantai pacitan, diawali dari pancer door berderet sampai dermaga pelabuhan pacitan. Menurut sejarahnya ebteng itu di bangun di jaman belanda lalu di teruskan pendudukan jepang. Itu banyak sekali beteng beteng yang ada di sepanjang pantai.”cerita Imam Pekik panggilan kecilnya.

Ada lagi penuturan warga sekitar perumnas barean yang tidak mau di sebutkan namanya, kalau beteng peninggalan belanda yang masih berdiri kokoh di tengah tengah permukiman tyersebut memiliki cerita mistik. Banyak orang yang akan memindahkan beteng batu tersebut dari tenpatnya namun tidak ada yang kuat.
“Pernah mau diangkat supaya tidak berada di jalan raya, dengan gunakan alat berat, tapi tidak bisa. Ada juga yang mencoba buang air kecil di beteng itu, akhirnya orang tersebut mendapatkan kejadian ghaib yang tidak baik. Akhirnya sampai sekarang beteng itu tetap berdiri kokoh di tengah tengah permukiman warga.”ujar warga yang tidak mau di sebutkan namanya.

Sementara dari pihak Bidang Cagar Budaya Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan Aviv, sebenarnya hanya ada satu bangunan beteng ada di RSUD. Sedangkan yang ada di sepanjang pesisir pantai itu lebih diyakininya sebagai gardu bidik. “Beteng yang saya tau itu RSUD, kalau yang di perumnas barean itu kalau gak salah gardu bidik dan di lodenok. Tapi sudah di hancurkan itu dulu. Juga gardu bidik tapi sekarang tinggal bunkernya aja yang malah isinya sampah.”kata Aviv.

Sangat di sayangkan kondisi beteng pertahanan saat dibangun pada jaman belanda tersebut kini memprihatinkan. Padahal keberadaan beteng itu bisa menjadi situs bersejarah bukti kalau pacitan dulu juga pernah menjadi jajahan belanda dan jepang. 

Hal itu bisa menumbuhkan rasa satu kesatuan bagi generasi muda. “Tentunya beteng beteng itu sekarang ini harus tetap kita ingat bahwa Indonesia menjadi merdeka seperti sekarang ini yang setiap tahun kita peringati di bulan Agustus bisa sebagai epngingat bagi generasi muda kalau kita merdeka itu tidak turun dari langit akan tetapi adanya perjuangan dari leluhur kita dulu.”imbuhnya 

Di tambahkan Imam Hidayat, kondisi dari 9 beteng tersebut memang sudah banyak yang rusak, ada yang hilang karena abrasi banjir hanyut, ada juga yang di gempur oleh pemilik lahan. Ini sangat di sayangkan lanjut Imam. “Ini saya lihat beteng beteng itu banyak yang karena alam hilang. Lha ini kok tidak di perhatikan oleh Pemerintah Daerah. Ini sangat di sayangkan. Hanya dibiarkan saja itu sangat disayangkan.”tutur Imam.

 Imam juga memberitahukan jika dari 9 beteng bangunan jaman belanda bisa di temukan di RSUD dr.darsono Pacitan. Namun kondisinya juga hanya dibiarkan begitu saja. Dulu pintu gerbang masuk RSUD itu menunjukan ciri khas jaman Diponegoro tapi sekarang setelah direnovasi hilang ciri khas tersebut. “Sangat disayangkan sekali, banyak peninggalan belanda tidak dipertahankan.’ujarnya lagi.

Jika didengarkan, saya sebagai warga masyarakat pacitan, sebaiknya yang punya kawogan akan cagar budaya bisa mempertahankan kondisi beteng beteng tersebut jangan sampai di rusak atau hilang tanpa jejak. “Kalau bisa didatalah beteng yang masih ada itu atau di gotong ke tenpat yang lebih aman untuk bisa dijadikan ilmu pelajaran bagi generasi muda secara riil bisa dilihat perjuangan rakyat dulu untuk merdeka, misal di pindahkan ke museun cagar budaya.”jelas Imam.

 Pekik Imam melanjutkan ceritanya, jika beteng itu di bangun untuk mempertahankan wilayah yang telah di kuasai supaya tidak dis erang oleh musuh. “Situs itu saya nilai memiliki sejarah dan harus dilestarikan, akan tetapi keberadaanya perlu di buktikan oleh yang berwenang untuk kemudian di data dan di pertahankan. Tidak seperti sekarang ini sepanjang tahun hanya dibiarkan saja. Saya berharap jangan sampai menjadi sejarah yang terlupakan karena bangunan beteng ini unik sekali.”pungkas Imam Hidayat.

 Editor : Asri Nuryani

Blog, Updated at: 13.34
Tinggalkan komentar positif Anda di sini
03