Penyakit ini bisa menyerang siapa saja dan semua bagian tubuh, bukan hanya paru-paru.
Saat penderita TB batuk atau bersin harus menutup mulut sebab tanpa menutup mulut, bakteri akan tersebar ke udara dalam bentuk percikan dahak atau droplet.
Sekali batuk bisa mengeluarkan 3000 percikan dahak yang mengandung sampai 3.500 kuman Mycobacterium tuberculosis.
“Sekali bersin mengeluarkan 4.500 - 1 juta kuman. Bakteri itu lalu masuk ke saluran pernapasan menuju paru-paru dan dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya,”katanya.
Reaksi daya tahan tubuh akan terjadi dalam 6-14 minggu sekali infeksi.
Gejala umumnya TBC adalah batuk terus menerus. Batuk kronik tersebut berlangsung lebih dari satu bulan dengan disertai dahak ataupun tidak.
Gejala lainnya mengalami demam dan meriang dalam jangka waktu yang panjang, sesak napas, dan nyeri pada dada, berat badan turun, dan ketika batuk terkadang dahak bercampur darah.
Kemudian nafsu makan menurun dan berkeringat di malam hari meski tanpa melakukan kegiatan.
“Kalau sudah mengalami gejala mengarah ke TBC sebaiknya segera periksakan diri ke Layanan kesehatan terdekat,”jelas drg Farida.
Kelompok beresiko TBC itu siapapun yang berada di dekat orang yang terinfeksi TBC bisa tertular. Tapi yang paling berisiko adalah anak-anak, orang penderita HIV/AIDS, lansia, dan orang dengan Diabetes Melitus.
Tak hanya itu, orang-orang yang sering kontak langsung dengan penderita TB dan perokok aktif juga termasuk kelompok berisiko.
Dinas Kesehatan gencar melakukan skrining di lokasi berisiko tinggi, seperti rumah tahanan dan pabrik rokok, serta memberikan terapi pencegahan bagi kontak erat pasien.
“Kita itu tantangan lain memberikan terapi pada pasein TBC terkadang masih adanya stigma sosial yang membuat penderita enggan terbuka,”pungkas drg Farida.
Reporter:Asri

