Menurut Munib Siradj peran penting agama dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Ia menjelaskan sejak awal abad ke-20, agama dan nasionalisme kerap dianggap dua hal yang berseberangan. Namun, fakta sejarah membuktikan sebaliknya, tokoh-tokoh agama justri menjadi motor penggerak perjuangan bangsa.
“Contoh peran KH Ahmad Dahlan, KH Hasyim Asyari, serta tokoh agama lain yang berjuang melalui pendidikan, dakwah, politik, kebangsaan. Begitupun besarnya peran tokoh lintas agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan Budha yang turut memperjuangkan kemerdekaan merumuskan dasar Negara, serta menjaga keutuhan NKRI,”jelas Munib Siradj saat menyampaikan paparan pada Dialog Kebangsaan bertema “Peran Tokoh Agama dalam Merawat Kebangsaan” Selasa (15/10/2025) di Gedung PLHUT Kemenang Pacitan.
“Agama itu tidak bertentangan dengan nasionalisme. Justru agama adalah benteng moral dan sumber kekuatan sosial dalam menjaga keutuhan bangsa,”tandasnya.
Diakui memang, sebagian orang masih memisahkan, bahkan mempertentangkan, antara agama dan nasionalisme. Seolah mencintai tanah air adalah bentuk sekularisme, atau membela negara berarti meninggalkan syariat. Padahal dalam sejarah dan ajaran Islam, agama dan nasionalisme dua pilar yang saling menguatkan.
Dialog kebangsaan dalam rangka Hari Santri Nasional yang di ikuti tokoh agama, ormas islam, dan juga tokoh dari lintas agama tersebut dibuka secara resmi oleh Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Pacitan Baharuddin, M.Pd.
Ia mengatakan, Dialog kebangsaan ini upaya meningkatkan kesadaran akan pentingnya nilai kebangsaan dan kerukunan antar umat.
“Investasi dalam kerukunan bukanlah sekadar retorika, tetapi tindakan nyata yang harus terus dilakukan secara berkelanjutan,”ucapnya.
Kesempatan sama, Subiyanto Munir mengatakan, dialog kebangsaan menjadi moment penting merefleksikan peran tokoh agama dalam menjaga kebangsaan dan mempererat harmoni antar umat beragama.
“Kiai Hamid Dimyati adalah contoh nyata bagaimana tokoh agama mengambil peran strategis dalam membangun bangsa, baik melalui pendidikan politik, maupun keteladanan moral,”terang Subi.
Reporter:Asri