Dikatakan Kepala Dinas Kesehatan Pacitan, dr Daru Mustikoaji melalui Kabid P2PL drg Nur Farida mayoritas penderita HIV adalah laki-laki dalam rentang usia produktif,yakni 25 hingga 49 tahun.
Dari total 19 kasus, di antaranya merupakan kelompok dengan orientasi seksual sesama jenis (homoseksual), yang selama ini menjadi salah satu kelompok risiko tinggi penularan HIV.
Menurut drg Farida, penularan pada anak umumnya terjadi dari ibu yang telah lebih dulu terinfeksi.
“Penularan biasanya terjadi sejak dalam kandungan, ketika sang ibu mengidap HIV. Misalnya ibu sering berganti pasangan dan tidak menyadari bahwa dirinya membawa virus, lalu menularkannya ke janin,” kata drg Farida.
Dari data ini menunjukkan bahwa penyebaran HIV masih menjadi masalah kesehatan yang patut diwaspadai, apalagi disetiap tahun ada saja kasus baru ditemukan. Selain itu sejak pertama ditemukan HIV/AIDS di Pacitan sejak tahun 2005 lalu hingga kini masih ada penemuan kasus baru.
Dalam upaya pencegahan dan pengendalian, Dinkes terus menggencarkan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat mengenai HIV/AIDS. Pemeriksaan atau tes HIV juga terus didorong, terutama bagi kelompok yang memiliki risiko tinggi.
Masalah yang sering dikaitkan dengan penyebaran HIV/AIDS adalah keberadaan tempat lokalisasi, atau zona yang ditunjuk untuk aktivitas seks komersial. Perdebatan seputar peran lokalisasi menimbulkan suasana kontroversial, karena sering dianggap sebagai katalis utama penyebaran HIV/AIDS, meskipun data menunjukkan bahwa banyak faktor lain yang mempengaruhi penularannya.
Tempat yang menyediakan jasa seks komersial sejak tahun 1999 sedikit demi sedikit mulai tidak ada lagi di Pacitan. Dulu “Bawah Jembatan Arjowinangun” menjadi nama yang tabu bagi warga Pacitan untuk menyebutnya karena memang sebagai lokalisasi wanita tuna susila.
Banyak pihak menganggap tempat ini sebagai tempat yang “tidak bermoral” dan mendorong penutupan tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap kesehatan masyarakat secara luas. tempatnya ditutup tapi PSK (Pekerja Seks Komersial) nya masih ada.
Wakil Bupati Pacitan Gagarin Sumambrah ikut prihatin dengan penemuan kasus HIV/AIDS semakin menjadi ancaman di Pacitan.
Menurutnya, ketika tempat lokalisasi ditutup tanpa solusi alternatif, para pekerja sering kali beralih ke praktik ilegal dan berpindah-pindah bahkan berani menggunakan tempat fasilitas umum sehingga menyebar tanpa pengawasan, yang justru meningkatkan risiko penyebaran HIV/AIDS.
“Tanpa akses ke layanan kesehatan yang teratur, banyak pekerja yang tidak mendapatkan edukasi mengenai pentingnya pencegahan dan pengobatan HIV/AIDS,”jelas Gagarin.
Reporter: Asri

