“Anak bertubuh pendek dari usianya ini merupakan gejala gejala kurang gizi akut sehingga perlu mendapatkan perhatian.”kata dr.Hendra Purwaka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan
Stunting sampai saat ini masih menjadi topik terhangat untuk diperbincangkan sekaligus menarik perhatian sejumlah Daerah termasuk Pacitan.
Angka stunting di Pacitan masih diatas standart WHO. Dari 12 Kecamatan di Kabupaten Pacitan kasus stunting ditemukan di 15 Desa. Suka tidak suka, kemiskinan ternyata masih menjadi pemicu utama stunting di Pacitan dari 35 persennya. Sedangkan pemicu terbesar karena pola asuh, dimana karena kondisi ketidak mampuan keluarga dalam memberikan makanan terbaik bagi anaknya.
Diketahui,sesuai data BPS Pacitan persentase penduduk miskin Maret 2022 mencapai 13,80 persen. Sedangkan jumlah penduduk miskin di Kabupaten Pacitan pada bulan Maret 2022 mencapai 76,93 ribu jiwa.
Sementara itu fakta yang ada, orang miskin pendapatannya lebih banyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya yakni makan. Namun dari kulaitas yang dimakan orang miskin tidak sebaik orang tidak miskin sehingga protein dan asupan gizi nya kurang. dokter Hendra Purwaka mengatakan, anak dengan kasus stunting umumnya di akibatkan kekurangan gizi dalam jangka panjang terutama dimasa 1000 hari pertama kehidupan anak.
“Anak dengan kasus stunting itu umumnya diakibatkan kekurangan gizi dalam jangka panjang terutama dimasa 1000 hari pertama kehidupan anak. Pada jangka panjang gizi buruk dapat mengakibatkan pertumbuhan anak berhenti sebelum waktunya, apalagi gizi buruk dalam jangka panjang akan menyebabkan anak kurus dan stunting.”pungkas dokter Hendra
Meskipun tak mengkhawatirkan namun stunting menjadi perhatian serius Pemkab Pacitan. Setidaknya untuk mengatasi stunting upaya dengan aksi strategis telah disiapkan, tentu melalui kemudahan akses pangan dan gizi bagi keluarga terutama keluarga dengan kondisi dibawah garis kemiskinan maupun warga miskin.
Reporter/Penulis: Asri