Gizi Buruk Akibatkan Ribuan Anak Balita di Pacitan Bertubuh Kerdil

Posted by Radio Grindulu FM Pacitan 104,6 MHz on Selasa, Agustus 30, 2022

GrinduluFM Pacitan -Laporan data Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan menyebutkan 2744 anak usia dibawah lima tahun bertubuh kerdil atau istilah sekarang stunting.

Jangan salah, Angka itu baru untuk anak usia di bawah lima tahun. Data anak usia lima tahun ke atas dan anak anak remaja masih banyak lagi yang ditemukan bertubuh kerdil.

Tentu fakta data Dinas Kesehatan tersebut berbahaya jika tidak segera mengerahkan segala daya upaya untuk pencegahan. Dampak nyata Pemerintah Daerah akan memiliki aset generasi generasi kerdil, tidak cerdas! akibat kurang gizi.

Bahayanya lagi penanganan stunting itu tidak bisa disembuhkan. Akan tetapi hanya bisa dicegah atau diturunkan angka beresikonya. Sulitnya lagi, penurunan angka stunting dibutuhkan duit yang tidak sedikit.

“Penanganan stunting tidak bisa sembuh!!, stunting bisanya diturunkan angka jangan sampai ada lagi yang beresiko.”kata dr.Hendra Purwaka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan saat dikonfirmasi GrinduluFM.

Dilematis memang dalam mengerahkan daya upaya pencegahan stunting di Pacitan jika melihat kemampuan keuangan daerah yang katanya dalam kondisi ‘cumpel’. Padahal, mau tidak mau, untuk mengerahkan daya upaya pengurangan angka stunting itu harus butuh biaya besar terutama dalam memperbaiki asupan gizi anak balita yang orangtuanya berstatus warga miskin ekstrem. Disisi lain, kasus kemiskinan tetap awet menjadi permasalahan terberat bagi Pemerintah Daerah Pacitan.

Rudi Handoko Ketua Komis II Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD Kabupaten Pacitan menegaskan, kasus stunting di Pacitan tidak bisa dianggap sepele akan tetapi kondisi fakta itu harus menjadi hal serius bagi Pemerintah Daerah.

“Komisi II akan menanyakan progres daya upaya apa yang sudah dilakukan Pemerintah Daerah. Karena penuntasan stunting ini gak bisa dilakukan sendiri, harus ada keterlibatan lintas sektoral dan langkah riil nya apa. Jangan hanya terhenti di teori saja. Ini keadaan ini tidak bisa dikerjakan secara instan tetep ada proses. Namun sampai kapan ini. Kalau terus bertambah angkanya harus ada penyikapan yang serius.”tegasnya

Data Badan Pusat Statistik (BPS) Pacitan menyebutkan tahun 2022 sebanyak 20 ribuan lebih atau sekitar 3,5 % warga di Pacitan itu dalam kondisi kemiskinan ekstrem.

“Warga miskin absolut di Pacitan ini tidak dapat memenuhi kebutuhan primer manusia, termasuk makanan, air minum bersih, fasilitas sanitasi, kesehatan.”terang Bagyo Tri Laksono Kepala BPS Pacitan

Sementara disisi lain, cukupkah Pemerintah Daerah hanya sebatas mengintervensi dan mendorong agar keluarga meningkatkan pemenuhan gizi anak anaknya untuk mencegah kekerdilan atau stunting?

Pemerintah Daerah mengklaim selama ini sudah melakukan pencegahan tingkat keparahan stunting akibat gizi buruk.

Jika dicontohkan di Pacitan kaya akan ikan laut segar, kebiasaan makan ikan bagi anak perlu di gencarkan agar kebutuhan gizi terpenuhi. Akan tetapi lagi lagi alasan klasik, untuk membeli ikan dengan harga yang mahal bagi 20 ribuan lebih warga miskin ektrem tersebut tentu suatu yang berat. Lalu semua orangtua terutama ibu akan sangat yakin tahu betapa sangat pentingnya memberikan gizi yang cukup bagi bayi hingga usia 1000 hari. Namun apa daya, lagi lagi ujungnya uang tak sampai untuk membeli karena miskin.

Jayuk Susilaningtyas Kepala Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pacitan ikut menguatkan, jika kemiskinan menjadi salah satu penyumbang anak anak di Pacitan bertubuh kerdil atau stunting.

Pihak nya ikut mengerahkan pencegahan stunting dengan membentuk Tim Percepatan Penurunan Stunting melibatkan lintas sektor. Selain itu jemput bola memberikan edukasi bagi anak anak sekolah sebagai calon ibu agar tidak terkena anemia.

“Tugasnya mengeroyok yang sudah beresiko maupun yang sudah dinyatakan stunting.”katanya

Menurut Jayuk, untuk anak anak di pacitan yang beresiko bertubuh kerdil capai 22,7 persen data tahun 2021. Hasil pendataan ulang di tahun 2022 ada penurunan. “Namun demikian tentu tidak boleh puas begitu saja, sebab kasus anak bertubuh kerdil dari tahun ke tahun angkanya fluktuatif naik turun.”tutup Jayuk

Editor: Asri

Blog, Updated at: 10.36
Tinggalkan komentar positif Anda di sini
03