Data Fakta Kepolisian: Bunuh Diri Didominasi Laki Laki, Persoalan Ekonomi Menjadi Pemicu Utama

Posted by Radio Grindulu FM Pacitan 104,6 MHz on Sabtu, Desember 31, 2022

GrinduluFM Pacitan -Tidak boleh dipandang remeh terkait persoalan orang mengakhiri hidupnya dengan sia sia atau lebih akrab ditelinga dengan sebutan bunuh diri. Terbanyak korban melakukan bunuh diri dengan cara gantung diri. Di wilayah Kabupaten Pacitan kerap terjadi dua tahun terakhir ini.

Data fakta Kepolisian Pacitan mencatat kasus bunuh diri yang masuk laporan sepanjang tahun 2022 ini sudah tercatat 11 kasus. Deret panjang kasus bunuh diri bertambah satu lagi diakhir penghujung tahun 2022. Jumlah angka orang bunuh diri pada tahun 2022 itu lebih sedikit jika dibandingkan tahun 2021 yang jumlahnya dua kali lipat lebih yakni mencapai 26 kasus dalam setahun. Ini berarti selama puncaknya pandemi Covid-19 pada tahun 2021 lalu tercatat dalam sebulan ada 2 orang bunuh diri di Kabupaten Pacitan.

“Bunuh diri ada 26 ditahun 2021. Ada selisih 15 dengan tahun 2022.”kata Kapolres Pacitan AKBP Wildan Albert saat Pers Release Kamtibmas Akhir Tahun, Jumat(30/12/22).

Fakta data Kepolisian Pacitan menyebutkan korban bunuh diri sepanjang tahun 2021-2022 lebih didominasi laki laki dibanding perempuan. Pemicu utama mengapa orang memilih bunuh diri ternyata terbanyak karena persoalan ekonomi yang sulit.

“Rata rata orang melakukan bunuh diri dipicu permasalahan ekonomi dan kedua dipicu penyakit yang tak kunjung sembuh.”lanjut Kapolres Wildan

Sementara dalam kesempatan yang berbeda, Psikolog RSUD dr.darsono Pacitan Ni Made Diyah Rinawardani ikut menguatkan jika pemicu orang nekat melakukan bunuh diri sepanjang tahun 2021-2022 di Kabupaten Pacitan itu lebih karena persoalan ekonomi keluarga yang carut marut.

Dikatakan Psikolog Ni Made, dalam keluarga itu tekanan tidak hanya di ekonomi, dimungkinkan juga ada masalah yang lainnya. Akan tetapi ekonomi itu rata rata menjadi peran utama seseorang nekat bunuh diri.

Diduga mengapa laki laki mendominasi angka bunuh diri selama dua tahun terakhir ini di Pacitan karena imbas dari pandemi Covid-19.Imbasnya pandemi yang sekian lama itu lebih kepada kestabilan pendapatan. Ketika penghasilan menurun kemudian efeknya dikeluarga.

Ketika orang mengalami ekonomi stabil maka permasalahan apapun beratnya masih bisa ditahan. Akan tetapi kalau ekonomi goyah otomatis menimbulkan masalah yang lain kemudian akhirnya tekanan akan lebih besar dan terutama untuk laki laki. “Karena tekanan laki laki untuk membiayai hidup keluarga itu lebih disana.”katanya

Ditambahkan Ni Made, angka bunuh diri di pacitan itu tidak boleh dipandang remeh dan justru menyalahkan pelaku atau korban bunuh diri, akan tetapi harus menjadi perhatian siapapun, apalagi pemerintah untuk bisa lebih peduli dan selalu hadir dalam kesempitan yang dialami warga. Sebab rata rata pelaku atau korban bunuh diri itu tidak tahu harus bagaimana mencari solusi disaat pikiran sudah tidak lagi jernih ditengah himpitan ekonomi.

Yang perlu menjadi catatan lagi, kasus bunuh diri di pacitan itu sudah bagai fenomena gunung es. Pasalnya, intensitas kejadian orang bunuh diri di pacitan ini tetap ada dan angka nya masih termasuk tinggi untuk skala kota kecil seperti pacitan. Jika dibanding kota kota besar, jumlah angka bunuh diri di pacitan ini termasuk tinggi. Apalagi setiap bulannya rata rata ada. “Kasus bunuh diri dipacitan sepanjang dua tahun terakhir ini sungguh memprihatinkan.”ungkapnya

Bunuh diri itu menjadi jalan pilihan karena mungkin ketidak mampuan seseorang menyelesaikan suatu masalah. Jadi yang mereka pikirkan ketika ada masalah bagaimana caranya mengakhiri masalah itu dengan mengakhiri hidup sia sia. Sedangkan itu lanjut Ni Made tidak mengakhiri masalah tapi cenderung lari dari masalah.

“Jadi mereka ini cenderung tidak kuat secara mental, jadi dengan gampangnya mereka berfikir untuk menyelesaikan masalah dengan bunuh diri. Saya melihatnya seperti itu. Karena kalau orang yang tidak memiliki gangguan mental setinggi apapun tekanan dalam hidupnya dia akan mencari solusi. Jadi pada dasarnya mentalnya itu lemah. Kemudian didukung lingkungan yang tidak mendukung keadaan dia.”pungkasnya

Editor: Asri

Blog, Updated at: 16.52
Tinggalkan komentar positif Anda di sini
03